Kamis, 09 April 2015

DI BANGKU POJOK TAMAN KOTA

Di bangku pojok taman kota. Sore ini. Seusai hujan reda dan bau tanah basah menguap di udara.

Aku akan selalu merindukan saat-saat seperti ini. Duduk berdua dengannya. Menggenggam erat tangannya. Membiarkannya bersimpuh di bahuku. Kau tahu, cinta selalu bisa menghangatkan hati. Mengusir dingin yang terlampau sepi.

"Bukankah kau selalu suka bau tanah sehabis hujan seperti ini?" Bisiknya kepadaku.

"Menjadi sempurna jika kau ada di sisiku." Kujawab sejujurnya.

"Aku ada di sini."

"Artinya saat ini adalah saat yang sempurna bagiku."

"Begitu juga bagiku."

Dan kami kembali terdiam. Membiarkan diri kami larut dalam syahdunya detik-detik yang kami lewati berdua. Terutama bagiku. Aku mencintai wanita ini sepenuh hati. Aku mencintainya, seluruhnya, tanpa pertanyaan, tanpa alasan, dan tanpa batasan. Dan aku yakin dia memiliki rasa yang sama besarnya dengan yang kumiliki. Aku meyakininya.

"Apa kau takut menanyakannya kepadaku?" Akhirnya dia memecah hening, dengan sebuah pertanyaan yang menohokku. Pertanyaan yang menuntutku secara tidak langsung untuk segera memulai semuanya.

"Tidak!" Sanggahku. Dia lalu menarik kepalanya dari bahuku dan menatapku lekat-lekat. Aku tahu aku harus menanyakannya.

"Kapan?" Aku berusaha keras bertanya dengan nada sewajar mungkin.

"Besok sore." Aku tahu dia bisa menangkap apa yang kurasakan.

"Siapa namanya?" Kini suaraku mulai bergetar.

"Landung." Secepat kilat dia menggenggam tanganku. Erat sekali. Aku berusaha menahannya sekuat mungkin. Aku harus kuat...dan aku harus menguatkannya.

Tapi terlambat. Air mata itu pecah juga. Air mata yang ditahannya sejak pertama kali dia datang ke sini.

"Aku mencintaimu." Dia berkata di tengah isakannya. Tapi, apa artinya? Saat ini aku tak tahu.

Dan secepat kilat pula dia melepas genggaman tangannya. Dia bangkit, berlalu dari sini. Tapi aku tak akan membiarkannya pergi begitu saja. Sebelum dia terlampau jauh, kutahan lengannya. Dia berhenti, tapi tak berani menoleh ke arahku. Dia tak tega membiarkanku melihat tumpahan kesakitannya.

"Aku baik-baik saja. Setidaknya aku pernah mengalami saat-saat sempurna bersamamu seperti ini." Bisikku sebelum kulepas lengannya dan dia benar-benar pergi. Menghilang ditelan waktu yang selama ini selalu kutakuti kedatangannya.

Di bangku pojok taman kota. Sore ini. Seusai hujan reda dan bau tanah basah menguap di udara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar