Maukah kau dengar sebuah kisah, tentang seorang perempuan
yang kecantikannya begitu berbahaya hingga bisa mengacaukan seisi alam raya dan
memorak-porandakan semesta?
Maka, ambillah duduk sejenak di sampingku.
Dia, perempuan itu, adalah perempuan dengan lengkung senyum
nyaris sempurna. Setiap jengkal dari dirinya, nyaris tak bercela. Tapi, kau
tahu? Sejatinya dia adalah perempuan paling berbahaya di dunia. Dia
menyembunyikan sesuatu yang jahat di balik keanggunannya.
Dia adalah perempuan paling berbahaya, karena dia mengetahui
sebuah rahasia; titik lemah kaum pria.
Kita.
Dia tak perlu beceng atau golok, seperti kita biasa
menggunakannya untuk melumpuhkan lawan kita. Dia punya sesuatu yang lebih
berbahaya. Setenggak racun yang selalu ampuh mematikan kaum pria; syahwat.
Perempuan itu datang, membakar darah para pemuda, mendidihkan
birahi para penguasa, meruntuhkan tapa para pandita, sebelum dia mengambil
semuanya. Semua milik kaum pria. Hingga tak bersisa.
Lalu perempuan itu pergi begitu saja. Mengembara. Mencari
mangsa berikutnya. Bisa saja kau, bisa saja aku.
Yang pasti, dia masih ada di luar sana. Berkeliaran sambil
mengendus hawa nafsu lanang di setiap sudut kota. Bahkan aku dengar, beberapa
pria nekad mengebiri diri sendiri, agar hilang syahwat bercinta. Agar si
perempuan itu tak bisa mendekat dan menghancurkan hidup mereka.
Mungkin bukan perempuan itu yang menakutkan, tapi kaum pria
yang terlalu mudah terjebak nafsu binatang. Katamu.
Aku juga berfikir begitu. Berapa banyak pria yang lupa akan
istrinya, ketika dia menapaki jalan pulang menuju rumah? Berapa banyak pria
yang mengimajinasikan sosok lain, ketika dia sedang memeluk erat kekasihnya?
Berapa banyak pengkhianatan yang telah kita, kaum pria, ciptakan untuk mengejar
sesuatu yang kita inginkan?
Tapi kau tak perlu khawatir. Kita berdua tak perlu khawatir.
Perempuan itu tak akan pernah bisa menyentuh kita, seperti dia menghancurkan
masa depan para pemuda, merampok harta para penguasa, atau membuat para pandita
menjadi tak lebih suci dari seorang pezina. Atau setidaknya, kita tak perlu
mengebiri diri sendiri.
Bagaimana caranya? Tanyamu.
Dengarlah ini. Ketika dia tiba kepada kita, genggamlah
tanganku. Yakinkan hatimu bahwa aku mencintaimu. Sebesar kau mencintaiku.
Perempuan itu tak akan bisa mengendus nafsu kita. Dia tak akan bisa membau
syahwat kita, yang jatuh cinta kepada sesama.
Catatan:
- FlashFiction ini diikutsertakan dalam Writing Prompt #77 di grup Monday FlashFiction
- Jumlah kata: 341
Wew~~ cinta sesama jenis. Tapi cara berceritanya keren!
BalasHapusBig thank you, terimakasih sudah mengunjungi Kopi Fiksi ya kakaaaakk.... :))
Hapus"Mungkin bukan perempuan itu yang menakutkan, tapi kaum pria yang terlalu mudah terjebak nafsu binatang"
BalasHapusmaksudnya binatang itu perempuan ya? zzz --"
No. But we all are, basically, an animal. :)
HapusTerimakasih sudah berkunjung...
aku suka ceritanya... :)
BalasHapusTerimakasih :))
Hapus