Minggu, 10 Mei 2015

ANTARA KITA DAN PEREMPUAN ITU

Maukah kau dengar sebuah kisah, tentang seorang perempuan yang kecantikannya begitu berbahaya hingga bisa mengacaukan seisi alam raya dan memorak-porandakan semesta?

Maka, ambillah duduk sejenak di sampingku.

Dia, perempuan itu, adalah perempuan dengan lengkung senyum nyaris sempurna. Setiap jengkal dari dirinya, nyaris tak bercela. Tapi, kau tahu? Sejatinya dia adalah perempuan paling berbahaya di dunia. Dia menyembunyikan sesuatu yang jahat di balik keanggunannya.

Dia adalah perempuan paling berbahaya, karena dia mengetahui sebuah rahasia; titik lemah kaum pria.

Kita.

Dia tak perlu beceng atau golok, seperti kita biasa menggunakannya untuk melumpuhkan lawan kita. Dia punya sesuatu yang lebih berbahaya. Setenggak racun yang selalu ampuh mematikan kaum pria; syahwat.

Perempuan itu datang, membakar darah para pemuda, mendidihkan birahi para penguasa, meruntuhkan tapa para pandita, sebelum dia mengambil semuanya. Semua milik kaum pria. Hingga tak bersisa.

Lalu perempuan itu pergi begitu saja. Mengembara. Mencari mangsa berikutnya. Bisa saja kau, bisa saja aku.

Yang pasti, dia masih ada di luar sana. Berkeliaran sambil mengendus hawa nafsu lanang di setiap sudut kota. Bahkan aku dengar, beberapa pria nekad mengebiri diri sendiri, agar hilang syahwat bercinta. Agar si perempuan itu tak bisa mendekat dan menghancurkan hidup mereka.

Mungkin bukan perempuan itu yang menakutkan, tapi kaum pria yang terlalu mudah terjebak nafsu binatang. Katamu.

Aku juga berfikir begitu. Berapa banyak pria yang lupa akan istrinya, ketika dia menapaki jalan pulang menuju rumah? Berapa banyak pria yang mengimajinasikan sosok lain, ketika dia sedang memeluk erat kekasihnya? Berapa banyak pengkhianatan yang telah kita, kaum pria, ciptakan untuk mengejar sesuatu yang kita inginkan?

Tapi kau tak perlu khawatir. Kita berdua tak perlu khawatir. Perempuan itu tak akan pernah bisa menyentuh kita, seperti dia menghancurkan masa depan para pemuda, merampok harta para penguasa, atau membuat para pandita menjadi tak lebih suci dari seorang pezina. Atau setidaknya, kita tak perlu mengebiri diri sendiri.

Bagaimana caranya? Tanyamu.

Dengarlah ini. Ketika dia tiba kepada kita, genggamlah tanganku. Yakinkan hatimu bahwa aku mencintaimu. Sebesar kau mencintaiku. Perempuan itu tak akan bisa mengendus nafsu kita. Dia tak akan bisa membau syahwat kita, yang jatuh cinta kepada sesama.



Catatan:
  1. FlashFiction ini diikutsertakan dalam Writing Prompt #77 di grup Monday FlashFiction
  2. Jumlah kata: 341

6 komentar:

  1. Wew~~ cinta sesama jenis. Tapi cara berceritanya keren!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Big thank you, terimakasih sudah mengunjungi Kopi Fiksi ya kakaaaakk.... :))

      Hapus
  2. "Mungkin bukan perempuan itu yang menakutkan, tapi kaum pria yang terlalu mudah terjebak nafsu binatang"

    maksudnya binatang itu perempuan ya? zzz --"

    BalasHapus
    Balasan
    1. No. But we all are, basically, an animal. :)

      Terimakasih sudah berkunjung...

      Hapus