Pagi ini, aku mendapat kejutan kecil dari istriku sebelum aku berangkat kerja. Secangkir kopi hitam yang menghiasi meja makan kami yang kosong.
"Biar kantuknya hilang, sayang." Kata istriku yang lalu kubalas dengan sebuah ucapan terima kasih dan kecupan sayang di bibirnya. Aku lalu meraih tangkai cangkir itu dan menghirup kopinya dengan khidmat.
Dan...ouch! Kopi ini benar-benar merusak indera pengecapku!! Bayangkan saja, kopi hitam yang terlalu kental dan -yang paling parah- dicampur dengan garam. Ya...GARAM!! Seberantakan itulah rasa kopi buatan istriku ini.
Tapi, aku tahu aku harus memaksakannya masuk ke dalam kerongkonganku. Setidaknya dua tiga hisapan. Dan memang berhasil, walaupun aku merasa ingin memuntahkannya keluar lagi.
Argh!! Andaikan bukan istriku, sudah kusiramkan kopi ini ke wajah peraciknya!!
"Hmm...enak sekali kok sayang. Ini kopi paaaaaling enak yang pernah kurasakan." Dustaku.
Lalu kembali kukecup bibirnya. Dan dia tersenyum lebar.
Yah, setidaknya dia bahagia. Walaupun sebenarnya aku tahu, istriku yang buta ini salah mengambil garam dan mencampurkannya ke dalam secangkir kopi yang spesial dia buat untukku pagi ini.
Tapi, aku tahu aku harus memaksakannya masuk ke dalam kerongkonganku. Setidaknya dua tiga hisapan. Dan memang berhasil, walaupun aku merasa ingin memuntahkannya keluar lagi.
Argh!! Andaikan bukan istriku, sudah kusiramkan kopi ini ke wajah peraciknya!!
"Hmm...enak sekali kok sayang. Ini kopi paaaaaling enak yang pernah kurasakan." Dustaku.
Lalu kembali kukecup bibirnya. Dan dia tersenyum lebar.
Yah, setidaknya dia bahagia. Walaupun sebenarnya aku tahu, istriku yang buta ini salah mengambil garam dan mencampurkannya ke dalam secangkir kopi yang spesial dia buat untukku pagi ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar