Rabu, 04 Februari 2015

DIA DAN AKU

"Jadi bagaimana?" Tanyanya padaku.

Aku tak langsung menjawabnya. Aku pandangi sejenak wajah ayunya. Paras bidadari milik kekasihku. Kekasihku tercinta.

"Kamu cantik sekali hari ini." Kataku sambil tetap menatap wajahnya lekat-lekat. Dan aku bisa melihat dia tampak tersipu. Pipinya memerah.

"Gombal! Bagaimana pertanyaanku tadiiii? Jawab duluuuuu!!"

Aku terbahak-bahak melihatnya salah tingkah seperti itu. "Baiklah...baiklah! Jadi perusahaan itu mau menerimaku sebagai karyawannya. Gajinya tidak tinggi, tapi setidaknya sekarang aku punya pekerjaan."

Kekasihku tersenyum manis sekali. Dia mengelus lembut rambutku. "Jangan pikirkan gajinya, sayang. Yang paling penting kamu bisa menambah pengalamanmu di dunia ker..."

Dia tak melanjutkan perkataannya. Pandangannya tiba-tiba teralih ke arah belakangku. Aku ikut menoleh ke belakang. Di sana, di pinggir jalan sana, dua orang wanita paruh baya menatap ke arah kami dengan pandangan heran dan mulut mereka komat-kamit.

"Apakah menurutmu mereka membicarakan kita?" Tanya kekasihku.

Aku mendesah sekejap, lalu kupandangi wajahnya sambil tersenyum. "Tidak. Mereka tidak sedang membicarakan kita. Mereka membicarakan aku. Lagipula, siapa juga yang tidak terheran-heran melihat pria muda sedang berbicara dan tertawa-tawa seorang diri di depan nisan seperti ini? Hahahaha!"

Aku arahkan jari-jariku untuk mengelus pipinya yang putih pucat itu. "Tapi aku tak peduli. Aku mencintaimu."

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Makasih apresiasinya...ntar kalau ada update FlashFiction baru, baca lagi ya? Hehehe...

      Hapus