Senin, 16 Februari 2015

LUKH

"Tuhan telah mengutusku kepada kalian, wahai kaum yang ingkar!!"

Suaranya dalam dan menggelegar. Tangan kanannya terangkat tinggi. Bibirnya bergetar. Matanya membara. Di tempat itu, Lukh -untuk kesekian kalinya- berusaha mengabarkan wahyu-wahyu yang diterimanya. Dan, -untuk kesekian kalinya pula- mereka hanya berlalu tanpa sedikitpun menoleh kepadanya.

Tapi Lukh tak menyerah. Dia tahu cobaan bagi seorang pembawa wahyu memang amat berat. Begitupun yang dialami para nabi dan rasul terdahulu. Dan Lukh telah meneguhkan hatinya. Dia telah memantabkan niatnya.Takdirnya adalah sebagai penyampai pesan dari langit. Sang Kuasa akan dan selalu berada di sisinya. Maka tak ada lagi yang perlu dia takutkan

"Mukjizat itu telah kusampaikan kepada kalian! Kenapa kalian masih berkeras kepala?!"

Masih saja tak ada yang peduli.

"Demi nama Yang Maha Kuasa...tak tahukah kalian betapa pedih azabNya kepada kaum-kaum terdahulu yang mengingkariNya?!"

Dari kejauhan, tampak seseorang menghampiri Lukh. Seorang pria dengan mata kosong. Pria itu lalu menghentikan langkahnya tepat di hadapan Lukh.

"Siapa kamu?" Pertanyaan itu yang keluar pertama kali dari mulut si pria.

Lukh menatap pria itu dengan mata teduh. Didekatinya pria asing di hadapannya itu. "Aku adalah penyampai wahyu Tuhan. Pria biasa yang membawa kabar baik bagi umat Manusia."

"Bohong!!" Hardik si pria.

"Tak kau lihatkah mukjizat yang dianugerahkan olehNya untukku, kemarin lusa?"

"Mukjizat tai kucing!!"

"Hardiklah aku Fulan...hinalah aku. Dan akan kutunjukkan kebenaran yang hakiki kepadamu."

"Alaaaahhh...banyak mulut!!!"

Secepat kilat, si pria asing itu menubruk Lukh. Dengan ganas dia cengkeram kerah baju dan mulai menggoncang-goncang tubuh Lukh yang sudah terkapar tak berdaya. Lukh sama sekali tak coba melawan. Dia biarkan jari-jari kotor si pria mencakar-cakar mukanya. Biarlah ia terluka, asal luka ini...darah ini...demi sebuah tugas suci dari Langit.

"Apa-apaan ini?!" Pekikan itu tiba-tiba terdengar di tengah sengitnya pertikaian mereka berdua.

"Lukh, Rimo!! Berhenti berkelahi!! Perawat, pisahkan mereka!! Bawa ke kamarnya masing-masing dan beri obat penenang!!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar