Senin, 13 April 2015

DELIVERY SERVICE

Wisnu terpaksa bangun tengah malam seperti ini karena anak perempuannya yang baru berumur 10 tahun, Dilla, membangunkannya.

"Pap, aku lapar." Tumben Dilla lapar jam segini, batin Wisnu. Tapi dia juga tak tega melihat putri kesayangannya itu menahan lapar lebih lama lagi.


"Ya sudah, tolong ambilkan ponsel Papa di meja itu."

Wisnu lalu menekan angka dan mendekatkan ponsel ke telinganya. "Halo? Iya...apakah rumah makan anda menyediakan delivery service? Oh, baguslah...saya pesan satu Pizza ukuran besar. Ya, itu saja. Tolong kirimkan ke alamat berikut..."

Sesudahnya, Wisnu lalu meletakkan ponselnya ke tepi ranjang dan mengelus rambut lembut putrinya. "Sebentar lagi makanan kita datang, sayang. Sekarang bagaimana kalau kita bersiap-siap?"

Dan Dilla mengacungkan kedua jempolnya sambil tersenyum lucu. "Oke Pap!"


                                                            * * *

Setelah menina bobokan Dilla yang kekenyangan, Wisnu lalu berjalan keluar dari kamar putrinya itu dengan hati-hati. Dia tentu tak ingin membangunkan Dilla yang sudah terbang jauh ke alam mimpi.

Dan ketika dia berjalan menuju kamarnya sendiri, Wisnu menatap sekotak pizza yang masih utuh di atas meja makan. Dia ambil kotak itu, lalu dimasukkannya ke dalam kulkas.

Mungkin besok pizza ini bisa diberikan kepada tetangga sebelah.

3 komentar:

  1. hai hai. Udah lama nggak berkunjung ke sini, tau-tau blognya sudah berubah tampilannya, hehe

    jadi si Dilla ini hantu kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai hai bung Fatoni, nice to see you again... :))

      Bukan, gak ada hantu di sini...

      Cuman, yaaah, kalo sistem delivery service kan terdiri dari dua unsur: Pengantar sama yang diantar. Kalo yang diantar masih utuh, sedangkan Dilla sama ayahnya udah kekenyangan berarti yang mereka makan....

      Hahahaha...

      Hapus
    2. astaga, ternyata lebih mengerikan, haha nice!

      Hapus