"Jadi
bagaimana?" Tanyanya padaku.
Aku tak langsung
menjawabnya. Aku pandangi sejenak wajah ayunya. Paras bidadari milik kekasihku.
Kekasihku tercinta.
"Kamu cantik sekali
hari ini." Kataku sambil tetap menatap wajahnya lekat-lekat. Dan aku bisa
melihat dia tampak tersipu. Pipinya memerah.
"Gombal! Bagaimana
pertanyaanku tadiiii? Jawab duluuuuu!!"
Aku terbahak-bahak
melihatnya salah tingkah seperti itu. "Baiklah...baiklah! Jadi perusahaan
itu mau menerimaku sebagai karyawannya. Gajinya tidak tinggi, tapi setidaknya
sekarang aku punya pekerjaan."
Kekasihku tersenyum manis
sekali. Dia mengelus lembut rambutku. "Jangan pikirkan gajinya, sayang.
Yang paling penting kamu bisa menambah pengalamanmu di dunia ker..."
Dia tak melanjutkan
perkataannya. Pandangannya tiba-tiba teralih ke arah belakangku. Aku ikut
menoleh ke belakang. Di sana, di pinggir jalan sana, dua orang wanita paruh
baya menatap ke arah kami dengan pandangan heran dan mulut mereka komat-kamit.
"Apakah menurutmu
mereka membicarakan kita?" Tanya kekasihku.
Aku mendesah sekejap,
lalu kupandangi wajahnya sambil tersenyum. "Tidak. Mereka tidak sedang
membicarakan kita. Mereka membicarakan aku. Lagipula, siapa juga yang tidak
terheran-heran melihat pria muda sedang berbicara dan tertawa-tawa seorang diri
di depan nisan seperti ini? Hahahaha!"
Aku arahkan jari-jariku
untuk mengelus pipinya yang putih pucat itu. "Tapi aku tak peduli. Aku
mencintaimu."
merinding pas selesai baca..
BalasHapusMakasih apresiasinya...ntar kalau ada update FlashFiction baru, baca lagi ya? Hehehe...
Hapus