“Ini titipan uang dari
Herman, Bu. Dia belum bisa pulang, masih sibuk di perantauan.” Kataku sambil
menyerahkan selembar amplop kepadanya.
Setelah dia menerimanya,
kami sedikit mengobrol ringan. Tapi tak lama. Aku harus pamit pulang karena aku sendiri masih punya urusan yang harus kukerjakan. Tak lupa aku berpesan
kepadanya, jika ada apa-apa tinggal hubungi aku saja.
Tapi entah mengapa, di
perjalanan pulangku, aku kembali teringat perkataanmu, Herman. Perkataan yang
selalu kuingat hingga kini. Bahkan setelah tiga tahun kematianmu;
“Pokoknya ibuku tidak
boleh sedih. Dia sudah tua. Nanti sakitnya kambuh lagi.”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar