Kamis, 23 April 2015

NO SALVATION

Hari itu, tanggal 1 April 1983. Sebuah berita lokal terdengar dari radio di rumah kami. Sebuah berita yang tak akan pernah bisa kulupakan seumur hidupku.

"Kami kabarkan, bahwa sebuah gelombang Tsunami raksasa baru saja muncul di pantai-pantai California dan Oregon. Diperkirakan Tsunami tersebut akan menghantam kawasan Colorado dan sekitarnya dalam waktu kurang dari lima belas menit. Selamatkan diri dan keluarga kalian! Cari dataran yang tinggi! JANGAN HARAPKAN BANTUAN PEMERINTAH!!"

Lalu saluran radio terputus. Tak ada lagi bunyi apapun kecuali dengungan yang tak putus-putus. Untuk sesaat, aku tertegun di tempatku. Sedangkan di luar sana, orang-orang mulai berhamburan keluar dengan kepanikan yang tak bisa lagi dikendalikan.

Aku menyadari, waktu lima belas menit sama sekali tidak cukup bagi wanita sepuh sepertiku untuk menyelamatkan diri. Wanita sepuh yang hanya tinggal berdua dengan putra semata wayangnya yang menderita autisme.

Tidak ada waktu bagi kami. Tidak ada keselamatan bagi kami. Tidak akan ada yang peduli.

Kepanikan di luar sana kian menjadi. Mereka sibuk memikirkan keselamatan diri sendiri. Sedangkan aku, dengan putus asa, melangkah gontai menuju kamar Nick, anakku. Umurnya sudah 32 tahun, namun autisme membuatnya tak ubahnya seperti anak-anak.

Nick memang merepotkan, tapi aku mencintainya. Aku bahkan tak tega melihatnya ketakutan. Aku tak tega membayangkan tubuhnya terlempar dan terombang-ambing di tengah gelombang raksasa itu.

Aku lalu mulai menangis. Kuhampiri Nick dan kupeluk tubuhnya erat-erat. Aku tahu kami berdua pasti akan mati, tapi aku ingin sebuah kematian yang damai.Kematian yang tenang. Setidaknya untuk Nick.

Maka, dengan tergesa-gesa, kuambil racun tikus di dapur lalu kucampurkan bubuk mematikan itu ke dalam segelas air putih. Kami akan meminumnya berdua. Dan kami akan mati dalam posisi berpelukan. Tanpa ketakutan.

Waktu kami sudah tak banyak lagi. Kubuka mulut Nick dan kupaksakan air putih itu masuk ke kerongkongannya. Dan tak lama, tubuhnya mengejang hebat. Dia jatuh ke lantai dengan mulut yang mengeluarkan busa.

Kini giliranku...aku akan menyusulmu anakku sayang!

Namun, ketika ujung gelas itu baru menyentuh bibir, telingaku menangkap sesuatu yang sejenak menahanku. Suara dengungan di radio tadi berhenti. Dan dua detik kemudian terdengar suara sang penyiar;

"APRIIILLLLL MOOOOPPP!!! Hahahaha...saya mohon maaf atas kegilaan yang kami buat pagi ini. Tapi sungguh, semuanya akan menjadi lebih seru lagi jika anda ikut merayakan Satu April ini dengan memberikan bualan-bualan lucu kepada keluarga dan teman-teman anda. Jadi, selamat pagi dan selamat melanjutkan aktivitas anda semua!!"

2 komentar :