Kamis, 10 September 2015

AMARE

www.pablopicasso.org
Kami mengenalnya tanpa nama. Tapi kami sudah hafal betul, Si Tua yang menghabiskan setiap harinya dengan memeluk sebuah gitar yang sama tuanya, sambil menyenderkan tubuh di tembok kusam pendopo kota.

Sesekali dia memainkan senar-senar gitar yang sudah terlampau berkarat itu dengan jari-jari keriputnya. Dengan khidmat, sambil memejamkan mata. Dengan sepenuh cinta, sambil menggumamkan lirik-lirik penuh makna. Tapi sesekali pula, Si Tua tak memainkan gitarnya seharian penuh. Dia hanya memeluk benda itu, erat, seakan tak mau melepasnya walau dibawah todongan senjata.

Kami, penduduk kota, menyukai Si Tua dan gitarnya. Entah kenapa dan bagaimana, ada suatu kedamaian dan kebahagiaan yang tetiba merenggut hati kami, setiap kali kami menatap mereka berdua. Seakan rasa cinta Si Tua kepada gitarnya begitu kuat...hingga menyebar...hingga menular kepada kami semua.

Lalu, suatu hal ganjil mulai menarik perhatianku. Semakin hari, kulihat tubuh gitar Si Tua semakin menggelembung. Semakin besar, dan semakin besar. Tapi Si Tua tampak tak memedulikannya. Dia terus memainkan dan memeluk gitarnya, walau suara yang dihasilkan semakin janggal. Semakin berbeda.

Beberapa orang memberanikan diri untuk bertanya, menawari Si Tua gitar baru dengan kondisi yang lebih bagus. Tapi dia tak bereaksi. Bahkan dia malah terus memainkan gitarnya. Semakin cepat, semakin liar, dan tubuh gitar itu semakin besar. Terus menggelembung.

Dan seketika, aku tersentak. Aku menyadari sesuatu. Di detik itu pula, aku berlari menerobos kerumunan menuju Si Tua. Kurenggut paksa gitarnya dan kutarik Si Tua meninggalkan pendopo Kota.

                                                                * * * * * *

"Untung anda cepat membawanya kemari." Dokter itu berdiri di depanku dan Si Tua sambil melemparkan senyum.

Aku tak menjawab apapun kecuali ikut tersenyum bahagia dan menepuk-nepuk pundak Si Tua yang masih tampak kebingungan dengan apa yang terjadi.

"Selamat pak," Sang Dokter menjabat tangan Si Tua. "Anaknya laki-laki."



Catatan:

  • FlashFiction ini diikutsertakan dalam  Prompt #87 di grup Monday FlashFiction.
  • Jumlah kata: 282.

2 komentar :